Membudayakan Qasidah dalam Masyarakat) |
Membudayakan Qasidah dalam Masyarakat (All About Nasheed) - Salah satu seni hiburan Islam yang ada adalah qasidah. Awalnya penulis menganggap qasidah dan nasyid adalah dua benda yang sama tetapi berlainan nama namun setelah menghayati bait-bait beberapa qasidah dengan maknanya, sebenarnya qasidah dan nasyid jauh berbeda.
Mendengar qasidah tidak sama seperti nasyid. Kadangkala kita dengar nasyid tapi hati tetap tak ingat pada Allah dan Rasulullah. Malah ada yang dengar nasyid tapi lalai ketika mendengarnya. Berbeda dengan qasidah, awalnya dimulai dengan shalawat sudah pasti akan mengingatkan kita bahwa qasidah adalah satu seni yang indah dibandingkan nasyid.
Apa Itu Qasidah?
Qasidah merupakan puisi atau puji-pujian terhadap Allah maupun Habibuna Rasulullah SAW Qasidah adalah satu cara para ahli sufi mengungkapkan rasa rindu dan kagum mereka kepada Allah, RasulNya, Para Sahabat Nabi, Wali-wali Allah dan guru-guru mereka yang Mursyid.
Banyak penulis Arab berpendapat bahwa orang pertama yang menciptakan qasidah adalah penyair Arab al-Muhalhal bin Rabiah al-Tuglabi yang hidup beberapa tahun sebelum Nabi Muhammad SAW lahir. Qasidah kemudian mengalami perkembangan ketika para penyair pra-Islam terkenal seperti Umru al-Qais, Alqamah dan Ubaid menulis syair-syair qasidah dan membacakannya di depan Ka'bah. Bahkan ada beberapa qasidah yang ditulis oleh Umru al-Qais yang menjadi bagian dari syair yang digantung di dinding Ka'bah.
Setelah kedatangan Islam, seni qasidah terus hidup dengan konversi ke qasidah yang menyerukan kecintaan terhadap Allah dan Rasulullah.
Qasidah mencapai puncaknya pada zaman Abbasiyah. Para penyair Islam seperti al-Mutanabbi, tidak hanya menciptakan syair qasidah, tetapi juga mengembangkan ilmu yang menjadi metode penulisannya, yaitu 'ilm' arud. Pada zaman Mamluk, qasidah mendapat perhatian sungguh-sungguh. Al-Busyiri, seorang penyair, menulis himpunan qasidah yang dikenal dengan qasidah Burdah. Qasidah ini berisi pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan syair lagu Qasidah berzanji yang kini populer di kalangan masyarakat di Indonesia dan Malaysia, banyak dipengaruhi oleh buku karangan al-Busyiri.
Membudayakan Qasidah
Membudayakan qasidah pada hakikatnya tidak rugi. Perkembangan qasidah di Malaysia sejak akhir ini merupakan perkembangan yang cukup baik. Bahkan perkembangan ini diharapkan bukanlah sebagai satu fenomena semata tetapi dibudayakan dalam masyarakat Islam.
Kecintaan terhadap Allah dan Rasul melalui qasidah sebenarnya lebih efisien dibandingkan nasyid. Membudayakan qasidah secara tidak langsung mampu dilihat sebagai satu pendekatan paling baik dalam menangani gejala sosial. Bagaimana nak membudayakannya? Tanyalah diri kita kembali.
Jika tidak dibudayakan di departemen-departemen pemerintah, sekolah, swasta atau perguruan tinggi, budayakanlah dalam rumah kita. Tak susah nak budayakannya sekarang. Search saja qasidah-qasidah dalam internet atau beli CD-CD qasidah dan hadiri acara cinta Rasulullah. Usaha insyaAllah akan jumpa.
Akhir kalam, renungi hadits di bawah:
"Diriwayatkan dari Abu Jum'ah RA yang berkata" Suatu saat kami pernah makan siang bersama Rasulullah SAW dan ketika itu ada Abu Ubaidah bin Jarrah RA yang berkata "Wahai Rasulullah apakah ada orang yang lebih baik dari kami? Kami memeluk Islam dan berjihad bersama Engkau. Beliau SAW menjawab "Ya, ada yaitu kaum yang akan datang setelah kalian, yang beriman kepadaKu padahal mereka tidak melihat Aku". (Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad juz 4 hal 106 hadis no 17017 tahqiq Syaikh Syu'aib Al Arnauth dimana beliau berkata حديث صحيح hadits ini shahih).
Mendengar qasidah tidak sama seperti nasyid. Kadangkala kita dengar nasyid tapi hati tetap tak ingat pada Allah dan Rasulullah. Malah ada yang dengar nasyid tapi lalai ketika mendengarnya. Berbeda dengan qasidah, awalnya dimulai dengan shalawat sudah pasti akan mengingatkan kita bahwa qasidah adalah satu seni yang indah dibandingkan nasyid.
Apa Itu Qasidah?
Qasidah merupakan puisi atau puji-pujian terhadap Allah maupun Habibuna Rasulullah SAW Qasidah adalah satu cara para ahli sufi mengungkapkan rasa rindu dan kagum mereka kepada Allah, RasulNya, Para Sahabat Nabi, Wali-wali Allah dan guru-guru mereka yang Mursyid.
Banyak penulis Arab berpendapat bahwa orang pertama yang menciptakan qasidah adalah penyair Arab al-Muhalhal bin Rabiah al-Tuglabi yang hidup beberapa tahun sebelum Nabi Muhammad SAW lahir. Qasidah kemudian mengalami perkembangan ketika para penyair pra-Islam terkenal seperti Umru al-Qais, Alqamah dan Ubaid menulis syair-syair qasidah dan membacakannya di depan Ka'bah. Bahkan ada beberapa qasidah yang ditulis oleh Umru al-Qais yang menjadi bagian dari syair yang digantung di dinding Ka'bah.
Setelah kedatangan Islam, seni qasidah terus hidup dengan konversi ke qasidah yang menyerukan kecintaan terhadap Allah dan Rasulullah.
Qasidah mencapai puncaknya pada zaman Abbasiyah. Para penyair Islam seperti al-Mutanabbi, tidak hanya menciptakan syair qasidah, tetapi juga mengembangkan ilmu yang menjadi metode penulisannya, yaitu 'ilm' arud. Pada zaman Mamluk, qasidah mendapat perhatian sungguh-sungguh. Al-Busyiri, seorang penyair, menulis himpunan qasidah yang dikenal dengan qasidah Burdah. Qasidah ini berisi pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan syair lagu Qasidah berzanji yang kini populer di kalangan masyarakat di Indonesia dan Malaysia, banyak dipengaruhi oleh buku karangan al-Busyiri.
Membudayakan Qasidah
Membudayakan qasidah pada hakikatnya tidak rugi. Perkembangan qasidah di Malaysia sejak akhir ini merupakan perkembangan yang cukup baik. Bahkan perkembangan ini diharapkan bukanlah sebagai satu fenomena semata tetapi dibudayakan dalam masyarakat Islam.
Kecintaan terhadap Allah dan Rasul melalui qasidah sebenarnya lebih efisien dibandingkan nasyid. Membudayakan qasidah secara tidak langsung mampu dilihat sebagai satu pendekatan paling baik dalam menangani gejala sosial. Bagaimana nak membudayakannya? Tanyalah diri kita kembali.
Jika tidak dibudayakan di departemen-departemen pemerintah, sekolah, swasta atau perguruan tinggi, budayakanlah dalam rumah kita. Tak susah nak budayakannya sekarang. Search saja qasidah-qasidah dalam internet atau beli CD-CD qasidah dan hadiri acara cinta Rasulullah. Usaha insyaAllah akan jumpa.
Akhir kalam, renungi hadits di bawah:
"Diriwayatkan dari Abu Jum'ah RA yang berkata" Suatu saat kami pernah makan siang bersama Rasulullah SAW dan ketika itu ada Abu Ubaidah bin Jarrah RA yang berkata "Wahai Rasulullah apakah ada orang yang lebih baik dari kami? Kami memeluk Islam dan berjihad bersama Engkau. Beliau SAW menjawab "Ya, ada yaitu kaum yang akan datang setelah kalian, yang beriman kepadaKu padahal mereka tidak melihat Aku". (Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad juz 4 hal 106 hadis no 17017 tahqiq Syaikh Syu'aib Al Arnauth dimana beliau berkata حديث صحيح hadits ini shahih).
Membudayakan Qasidah dalam Masyarakat (All About Nasheed)
0 Response to "Membudayakan Qasidah dalam Masyarakat (All About Nasheed)"
Post a Comment